Penyakit Mata Minus (Miopia)
Haii readers, sebelumnya di blog ini kita sudah membahas
tentang berbagai macam manfaat daun sirih hijau untuk menyambuhkan berbagai
macam penyakit salah satunya yaitu penyakit mata minus atau rabun jauh. Nah
sekarang saatnya kita membahas lebih dalam lagi mengenai penyakit mata minus
ini, lets goo 👉
Miopia atau yang sering disebut
sebagai mata minus atau rabun jauh merupakan salah satu penyakit kerusakan mata
yang banyak dialami oleh semua kalangan terutama remaja dan anak - anak. Miopia
disebabkan karena pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan
kornea yang terlalu cekung. Di era teknologi yang semakin canggih ini
mengharuskan kita untuk menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari – hari
seperti smartphone dan laptop akan tetapi, penggunaan yang terlalu berlebihan
menyebabkan mata menjadi lelah dan penglihatan menjadi kabur.
Secara klinis dan berdasarkan kelainan
patologi yang terjadi pada mata, miopia dapat dibagi kepada dua yaitu : (Sidarta,
2007).
a. Miopia Simpleks : Terjadinya kelainan fundus
ringan. Kelainan fundus yang ringan ini berupa kresen miopia yang ringan dan
berkembang sangat lambat. Biasanya tidak terjadi kelainan organik dan dengan
koreksi yang sesuai bisa mencapai tajam penglihatan yang normal. Berat kelainan
refraksi yang terjadi biasanya kurang dari -6D. Keadaan ini disebut juga dengan
miopia fisiologi.
b. Miopia Patologis : disebut juga sebagai miopia
degeneratif, miopia maligna atau miopia progresif. Keadaan ini dapat ditemukan
pada semua umur dan terjadi sejak lahir. Tanda-tanda miopia maligna adalah
adanya progresifitas kelainan fundus yang khas pada pemeriksaan oftalmoskopik.
Pada anak-anak diagnosis ini sudah dapat dibuat jika terdapat peningkatan
tingkat keparahan miopia dengan waktu yang relatif pendek. Kelainan refrasi
yang terdapat pada miopia patologik biasanya melebihi -6 D.
Klasifikasi miopia berdasarkan ukuran
dioptri lensa yang dibutuhkan untuk mengkoreksikannya: (Sidarta, 2007).
a. Ringan : lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri
b. Sedang : lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri.
c. Berat :lensa koreksinya > 6,00 Dioptri.
Klasifikasi miopia berdasarkan umur
adalah: (Sidarta, 2007).
a. Kongenital : sejak lahir dan menetap pada masa
anak-anak.
b. Miopia onset anak-anak : di bawah umur 20 tahun.
c. Miopia onset awal dewasa : di antara umur 20
sampai 40 tahun.
d. Miopia onset dewasa : di atas umur 40 tahun (>
40 tahun).
Miopia
dapat terjadi karena ukuran sumbu bola mata yang relatif panjang dan disebut
sebagai miopia aksial. Dapat juga karena indeks bias media refraktif yang
tinggi atau akibat indeks refraksi kornea dan lensa yang terlalu kuat. Dalam
hal ini disebut sebagai miopia refraktif (Curtin, 2002).
Pasien
miopia mempunyai pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau
berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi.
Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling ke dalam
atau esoptropia. Pada pemeriksaan funduskopi terdapat miopik kresen yaitu
gambaran bulan sabit yang terlihat pada polus posterior fundus mata miopia,
yang terdapat pada daerah papil saraf optik akibat tidak tertutupnya sklera
oleh koroid. Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat pula kelainan pada
fundus okuli seperti degenerasi makula dan degenerasi retina bagian perifer (
Sidarta, 2007).
Miopia
terjadi akibat sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga yang masuk ke
dalam mata, dibiaskan di depan retina dalam keadaan mata tanpa akomodasi.
Akomodasi adalah kemampuan mata untuk mengubah daya bias lensa dengan kontraksi
otot siliar yang menyebabkan penambahan tebal dan kecembungan lensa sehingga
bayangan pada jarak yang berbeda-beda akan terfokus tepat di retina. Penderita
miopi tidak dapat melihat objek atau benda dengan jarak yang jauh, namun akan
terlihat jelas apabila objek atau benda tersebut berada dalam jarak yang dekat
(Suhardjo, 2007).
Faktor
genetik juga merupakan faktor yang mengambil andil dalam etiologi terjadinya
miopia. Ada dua hipotesis yang mengemukakan mengenai hubungan antara miopia
pada orang tua dan anak. Yang pertama adalah teori dari kondisi lingkungan yang
diwariskan. Tendensi untuk miopia dalam keluarga lebih mungkin disebabkan
lingkungan yang mendorong untuk melakukan kegiatan yang berjarak dekat dan
intens dalam keluarga, daripada faktor genetik. Orang tua dengan miopia
biasanya akan menetapkan standar akademik yang tinggi atau mewariskan kesukaan
membaca pada anak-anak mereka daripada mewariskan gen itu sendiri (Fatika, 2010).
Suatu penelitian di Tanzania menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki status
pendidikan tinggi, terutama ayahnya, lebih banyak mempunyai anak yang menderita
miopia (Wedber, 2002).
Penyakit miopia sebenarnya dapat dicegah dengan
mengurangi penggunakan smartphone dan laptop untuk waktu yang lama karena mata
kita juga perlu istirahat dan hindari juga menonton tv atau menggunakan
smartphone dan laptop dengan jarak yang sangat dekat atau dengan cahaya layar yang terlalu terang.
Mengkonsumsi sayur – sayuran juga sangat penting untuk kesehatan mata. Nah itu tadi adalah sedikit pemaparan mengenai penyakit mata minus atau rabun jauh semoga dengan adanya artikel ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan dan pengetahuan bagi Readers semua 😊
DAFTAR PUSTAKA
Curtin B.J., 2002. The Myopia. Philadelphia : Harper & Row. 348.
Ilyas, Sidarta,. 2007. Ilmu penyakit Mata. Edisi Ke-3. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. 147-167.
Makasih infonya kka
BalasHapusTerima ksih infonya
BalasHapusSangat bermanfaat
BalasHapusGood article 👍👍
BalasHapusWah bagus sekali informasi nya kakak
BalasHapusKebetulan biji mata saya minus dan informasi ini sangat membantu
terimakasih infonya
BalasHapusWah terima kasih untuk infonya
BalasHapusBermanfaat sekali kak info nya
BalasHapusSangat bermanfaat kak maksih infonya kak
BalasHapusNice!!🖒🖒
BalasHapusmantap jiwaaaa
BalasHapus